Selamat Datang di Website Pojokan Bejen On-line, untuk BERITA TERBARU ... klik saja judul / gambar Bu Dukuh diatas

Rabu, 22 Desember 2010

Selamat, Mas Arif Lulus Tes CPNS 2010

Alhamdulilah, saya turut bersyukur dan ikut bahagia dengan diterimanya Mas Arif yang lulus pada tes CPNS 2010 ini.

Mas Arif ...., adalah putra pertama Bapak Muh. Japar yang beralamat di Bejen Caturharjo Sleman. Ini berkat rahmat Alloh yang menyertai usaha yang keras Mas Arif dan doa segenap keluarga. Juga karena hasil kebaikan yang dilakukan Mas Arif untuk kepentingan sesama, terlebih Pak Muh. Japar yang sangat terbuka, baik rumahnya, tenaganya, pikiranny dan keluarganya yang disediakan untuk kepentingan umum. Hal ini sangat terasa ketika ada proyek pengasapalan jalan dusun Bejen, dimana rumah beliau dan fasilitasnya (komputer, laptop, printer dll) disediakan begitu saja untuk kepentingan pembangunan di Bejen.

Mas Arif di terima menjadi CPNS 2010 untuk mengisi formasi di propinsi DIY. Sekali lagi SELAMAT, dan selamat bertugas semoga karirnya lancar dan semakin maju.
Ditunggu ... syukurannya.

Jumat, 05 November 2010

Merapi Meletus, Pojokan Radius 20,3 km Wilayah Caturharjo Menjadi Kawasan Pengungsian Merapi

Setelah merapi meletus paling dahsyat sejak Kamis malam/Malam Jum'at, 4 Nopember lalu, suasana Pojokan dan desa Caturharjo pada umumnya sangat mencekam. Malam itu pukul 01.30 warga Pojokan terbangun oleh bunyi kerikil yang jatuh di atap rumah, dengan disertai pasir dan abu yang sangat tebal. Juga terdengan bunyi pletok-pletok, suara pohon yang tumbang karena tak kuasa menahan beban pasir/abu dari merapi. Kentongan berbunyi tanda bahaya, dan sesekali terdengar bunyi gemuruh dari gunung merapi. Sangat mencekam.

Malam itu juga pengungsi dari Wilayah Turi yang punya keluarga di Pojokan/Caturharjo datang berduyun-2 untuk mengungsi. Seperti Pak Riyanto dan keluarga yang sekitar jam 03.00 malam datang dengan motor-pakaian penuh debu vulkanik dan wajah yang penuh was-was dan ketakutan. Menurut ceritanya, disekitar merapi dalam radius 10 km tanah-rumah seperti di interi, gempa yang terus menerus seperti di rog, kaca rumah bergeritik, genteng berderak dan terus bergoyang seperti mau meledak ditambah suara pohon yang beruntun tumbang/ambruk karena tak kuasa menahan beban. Selama ini baru kali ini merasakan situasi merapi yang luar biasa dahsyatnya.

Paginya, suasana masih mencekam, sehingga seluruh sekolah di wilayah sleman diliburkan, karena tertutup material vulkanik merapi dan situasi yang masih mencekam. Menjelang siang warga Pojokan yang laki-laki bergotong royong membersihkan pohon-2 yang tumbang dan berkoordinasi untuk bersiap-2 apabila terjadi perkembangan Merapi yang membahayakan.
Sekitar jam 08.00, pengungsi berduyun-2 memenuhi kawasan yang dijadikan barak pengungsian di sekitar wilayah Desa Caturharjo.

Tempat yang dijadikan barak pengungsian antara lain ;
  1. Balai desa Caturharjo sekitar 600 jiwa
  2. SDN Keceme (sebelah utara Pojokan) sekitar 600 jiwa
  3. SDN Jetis sekitar 600 jiwa
  4. SMK Muhamadiyah Medari sekitar 600 jiwa
  5. SMA Negeri 1 Sleman, sekitar 600 jiwa
  6. dan di rumah warga yang masih terhitung saudara
Pojokan juga ada beberapa pengungsi yang kebetulan keluarga. Mbah Hadi Wiyoto atau yang dikenal dengan Mbah Hadi Mesin ketempatan pengungsi sebanyak 16 jiwa yang kebetulan anak/menantu/cucu yang berasal dari Nangsri dan Dukuh sari kecamatan Turi. Total pengungsi di wilayah Caturharjo sekitar 3000 jiwa yang berasal dari wilayah kecamatan Turi.

Siang itu juga, warga diminta sumbangan sukarela untuk memberi bantuan makanan kepada pengungsi yang ada di sekitar Caturharjo, yang diumumkan dengan pengeras suara di masjid Pojokan oleh Ibu kadus. Tanggap akan hal ini ketua RW 42 - Bapak Saimin berkoordinasi dengan pemuda RW 42 lalu berembug dan akhirnya diputuskan untuk menarik iuran sukarela untuk dibelikan bahan makanan pokok dan selanjutnya dimasak di rumah Bapak Ketua RW 42, selanjutnta diantar ke pos-2 pengungsian.

Dari hasil pengukuran dengan internet menggunakan Google Earth diperoleh data bahwa Dusun Pojokan berada pada radius 20,3 km. Artinya Pojokan dan Caturharjo berada pada ring terakhir raidus aman 20 km, bila status merapi tidak naik lagi. Namun apabila status-keadaan merapi bertambah gawat, maka seluruh warga Pojokan dan Caturharjo harus rela mengungsi ke daerah yang lebih aman. Terkait dengan beberapa sekolah yang berfungsi sebagai tempat pengungsian, maka anak-2 siswa sekolah tersebut diliburkan dan belajar di rumah masing-2.

Rabu, 27 Oktober 2010

Pengaspalan Jalan Tahap II, Segera Dimulai

Tadi malam diadakan rapat koordinasi beberapa pengurus inti (panitia) pengaspalan jalan dusun Bejen. Dalam rapat tersebut diperoleh kesimpulan untuk segera memulai pegaspalan jalan yang pada tahap 1 belum selesai.

Pengaspalan jalan ini adalah program bantuan pemerintah berupa PNPM yang diberikan kepada masyarakat melalui BKM. Juga melibatkan peran serta masyarakat yang berupa konsumsi dan penyediaan kayu bakar untuk memasak aspal.

Menurut rencana, pengaspalan akan dimulai hari Minggu, 7 Nopember 2010 mendatang dengan cara lelang pekerjaan, yaitu seluruh pengerjaan pengaspalan diborongkan pada CV/pemborong. Panjang jalan pengaspalan lanjutan ini adalah sekitar 800 meter dengan lebar 3 meter.

Untuk jalan yang menghubungkan 3 dusun, Kendangan, Klumprit dan Bejen ini makan dalam pengerjaannya juga melibatkan perangkat-tokoh masyarakat ke 3 pedukuhan tersebut. Oleh karena itu akan diadakan rapat final untuk pengerjaan agar semua berjalan lancar, rapat final akan dilaksanakan hari Jum'at 29 Oktober 2010, jam 19.30 wib, bertempat di sekretariat panitia pengaspalan jalan, rumah Bapak Muh. Japar.

Selanjutnya apabila masih mungkin akan dilanjutkan pengaspalan jalan dari Bejen - Ngemplak Cilik yang pengerjaannya dilakukan secara merger dengan kampung Ngemplak cilik yang di pelopori oleh Mas Wanto Ngemplak.

Selasa, 26 Oktober 2010

Merapi Meletus, Jalan Muntilan-Borobdur Penuh Debu, Pasir dan Kerikil, Caturharjo Aman

Suasana Pojokan dan sekitar Caturharjo pagi hari ini terang dan aman dari bencana merapi, tapi para pengendara motor/mobil dari arah magelang tampak kotor dan berdebu, karena sepanjang jalan muntilan penuh debu vulkanik yang disebabkan hujan abu, pasir dan kerikil sejak kemarin sore. Sepanjang jalan tampak debu tebal menutupi jalan dan permukaan yang tampak disepanjang tempat.
Tempat yang paling terasa adalah jalan sekitar Muntilan tampak debu tebal yang menutupi pandangan mata, jarak pandang para pengendara motor/mobil hanya sekitar 5-10 meter, sehingga perjalanan serasa lambat karena harus ekstra hati-hati agar sampai tempat tujuan dengan selamat.
Malam kemarin
, begitu melihat berita di TV bahwa merapi meletus, saya beserta anak dan istri langsung menuju utara desa untuk melihat puncak merapi, kemudian diikuti ibu saya, dan beberapa warga pojokan lainnya; P. Suroto, P Topik dan istrinya dan kemudian secara bergilir berduyun-duyun ingin melihat langsung puncak merapi. Tapi kabut tebal dan mendung menutup permukaan puncak merapi sehingga tidak terlihat apa-apa.

Mengungsi ke Pojokan
Keluarga Pak Winarto (anak Mbah Hadi Wiyoto) yang tinggal di Nagsri Hargobinangun Turi, akhirnya mengungsi ke Pojokan di rumah orang tuanya, karena di kampungnya Nangsri hujan abu sangat tebal dan aroma belerang sangat menyengat. Dengan harapan agar lebih tenang dan dapat menghirup udara yang segar dan nyaman maka keluarga Pak Winarto yang merupakan kakak dari Mbak Nur/P Priyo dan Mas Bambang akhirnya jam 19.30 telah sampai di pengungsian keluarga di Pojokan. Anehnya P Priyo yang sebelumnya di SMS keluarga Nangsri justru tidak tahu ada apa kok pada ngungsi ke Pojokan.

Sekilah Catatan Aktifitas Gunung Merapi

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Selasa (26/10) menyatakan Gunung Merapi meletus sejak pukul 17.02 WIB dengan mengeluarkan awan panas.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, Kementerian Sumber Daya Mineral di Kantor BPPTK, Surono mengungkapkan, letusan ditandai dengan suara gemuruh pada pukul 18.45 WIB dengan dentuman sebanyak tiga kali.

Menurut Surono, dari pos pengamatan di kawasan Selo, nyala api bersama kolom asap membubung ke atas setinggi 1,5 kilometer dari puncak gunung.

Energi letusan Merapi kali ini cukup besar jika dibandingkan dengan kejadian serupa di tahun sebelumnya seperti tahun 2006.

Merapi adalah nama sebuah gunung berapi di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta, Indonesia yang masih sangat aktif hingga saat ini. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.

Letaknya cukup dekat dengan Kota Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1.700 meter. Bagi masyarakat sekitar, Merapi membawa berkah material pasir, sedangkan bagi pemerintah daerah, Gunung Merapi menjadi obyek wisata bagi para wisatawan. Kini Merapi termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi.

Seperti dikutip dari Wikipedia, Gunung Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa.

Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.

Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.

Letusan pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa.

Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus.

Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer, karena gunung ini merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Selo, satu kecamatan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, yang terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu rata-rata 5 jam hingga ke puncak.

Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak.

Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Pada 8 Juni 2006, pukul 09.30 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman.

Pada tanggal 26 Oktober 2010, Gunung Merapi memasuki tahap erupsi. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.

Minggu, 24 Oktober 2010

Puting Beliung Landa Pojokan & Keceme

Minggu, 24 Oktober 2010 adalah hari bersejarah di wilayah Pojokan & Keceme.
Pada hari ini ada kejadian yang luar biasa dahsyat yang Alloh tunjukkan kepada manusia betapa kekuatan Alloh dimunculkan melalui kejadian alam yang diluar pikiran manusia.
Kemarin, sekitar jam 11 siang, pada saat yang sama ada pesta pernikahan Mas Nur Samsudin (Samsu) anak Bu Wasilan dengan gadis asal Temanggung yang bernama Nurhayati Nugraheni (sesuai kertas pada tutup kenduri ... red) berlangsung, tiba-tiba ada hujan yang sangat deras disertai angin kencang, sangat kencang. Kemudian listrik mati, sehingga acara pernikahan jadi agak kacau karena gelap, tanpa suara sound sistem dan kehujanan.

Perjalanan Angin

Ya ... ternyata ada angin puting beliung yang diawali sekita makam Pojokan, menumbangkan pohon sengon sebelah timur makam, angin bergerak ke arah barat menumbangkan pohon besar di depan rumah Bapak Martinus dan menimpa bagian depan rumahnya hingga rusak cukup parah, genting dan reng-usuk hancur.

Setelah itu angin bergerak ke arah utara mengangkat dan menghempaskan pohon jambu ditengah sawah (yang biasa utk mainan dan mencari jambu klutuk anak-2 pojokan), juga menyapu areal tanaman kandang, terutama tanaman kacang panjang Bapak Saimin semua roboh, dan dilanjutkan menumbangkan belasan pohon sengon sepanjang jalan masuk dusun Pojokan, dan terus merangsek ke utara di sekitar SD Keceme, ke timur dan ke barat.

7 Tiang Listrik Patah/Roboh
Bencana puting beliung ini yang paling parah dirasakan adalah ketika mengamuk di sekitar SD Keceme. Di sini angin memporak-porandakan bangunan parkir (atap seng) guru SD Keceme. Seng terbang dan tersangkut di kabel listrik dan beberapa tempat, menumbangkan 2 pohon beringin di depan sekolah yang dampaknya kemudian menimpa jaringan kabel listrik. dan yang paling dahsyat akibatnya tiang listrik tak kuat menahan beban tarikan timpahan pohon hingga tiang listrik patah bagian tengahnya, kemudian diikuti tiang listriknya secara beruntut hingga berjumalh 7 tiang listrik patah sepanjang SD Keceme ke barat. Sungguh kekuatan alam yang dahsyat yang tak dapat dikendalikan manusia.
Beberapa rumah rusak cukup parah tertimpa tiang listrik atau genteng terseret kabel listrik yang jatuh seiring robohnya tiang listrik.

Listrik Padam 24 jam
Akibatnya listrik di wilayah Keceme, Bejen, Pojokan, Ngaglik mati total selama 2 hari. Malamnya petugas dari PLN langsung melaksanakan perbaikan jaringan dimulai dengan melepas tiang-tiang yang patah dan didirikan tiang listrik yang baru. Sangat ramai, karena petugas bekerja lembur, hingga berita ini dimuat masih terlihat banyak petugas/pekerja sibuk memperbaiki jaringan dengan bantuan beberapa alat berat crane untuk mendirikan/memasang tiang listrik.
Semoga nanti malam listrik sudah bisa hidup kembali ...., setelah semalaman dalam kegelapan. semalam banyak rumah yang tanpa lampu, atau hanya kelihatan sinar redup dari lampu sentir atau bahkan lilin, serasa kembali ke jaman 20 tahun yang lalu.
Semoga kejadian alam ini membawa berkah dan pelajaran bagi manusia agar lebih mendekatkan diri pada-Nya.

Sabtu, 25 September 2010

Pengajian Syawalan 1 Pedukuhan Bejen, di Masjid Baiturrohman Pojokan

Pada hari Sabtu, 2 Oktober minggu depan akan ada kegiatan besar di dusun Bejen, tepatnya di Masjid Pojokan.
Ya, menurut Mas Sigit Riyanto - selaku sekretaris panitia - bahwa pada hari tersebut akan diadakan kegiatan pengajian yang melibatkan seluruh elemen masyarakat Bejen (muslim) berupa pengajian dalam rangka syawalan.

Berawal dari Rapat Takmir Masjid
Kegiatan ini diprakarsai oleh takmir masjid yang diketuai oleh Bapak Moh. Sukirman. Dalam rapat rutin beberapa minggu lalu yang bertempat di rumah Bpk Tekat diputuskan akan diadakannya kegiatan Pengajian Syawalan yang melingkupi seluruh wilayah pedukuhan Bejen.
Direncanakan kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu, Malam Ahad depan setelah sholat Isya. Peserta diperkirakan 350 - 450 orang, tua-muda, anak - dewasa, laki - perempuan.
Pengajian ini menggunakan bentuk berbeda dari biasanya. Pada pengajian ini, dilengkapi dengan layar lebar dan proyektor yang menyorotkan tampilan / slide berupa tulisan, gambar dan multimedia yang mendukung materi inti pengajian tersebut.

Bertempat di halaman masjid, dengan 6 buah tenda (3 pasang) dan layar lebar, dengan efek khusus dan tampilan dari LAPTOP dan LCD Proyektor, maka pengajian ini akan terlihat hidup dan meriah.

Kyai / Pembicara
Pembicara rencananya dari Magelang, Bpk Drs Amron Awaludin yang sering mengisi acara training untuk guru - murid di sekolah-sekolah di wilayah Magelang (teman P Ujang).
Acara akan di aranger oleh Mas Rohmad selaku ustadz madin dengan menampilkan acara tambahan anak-anak Madin dan penayangan film musikal religius dan film perjuangan islam lainnya.

Hadiri, kunjungi dan ikuti pengajian ini, semoga mendapat banyak manfaat dan tambahan wawasan keislaman untuk menambah iman dan taqwa kita, Amin.

Senin, 04 Januari 2010

Andini Harjo Pojokan Membangun Reaktor BIOGAS

Sudah sekitar 2 minggu ini, kelompok tani ternak Andini Harjo yang merupakan kumpulan / organisasi bagi petani ternak di wilayah Pojokan - Bejen Desa Caturharjo Sleman, sibuk bergotong royong membangun reaktor untuk pengolahan biogas, yang sering disebut digester. Teknologi digester merupakan hasil rekayasa dari Dr. Teguh Wikan Widodo, perekayasa muda departemen pertanian. Teknologi ini bertujuan memanfaatkan limbah/kotoran ternak menjadi gas yang siap pakai dan aman.

Gotong royong meliputi penggalian tanah sebagai lubang / reaktor dengan kedalaman 2.5 meter. Lokasi pembangunan bertempat di kandang milik Bapak Tekat, yang juga merupakan pengurus inti kelompok ternak Andini harjo. Gotong royong dilaksanakan secera bergantian (dijadwal).

Menurut Bapak Tekat, proyek ini didanai dari dinas terkait dengan total bantuan sebesar Rp 10.000.000,- (10 juta) meliputi pembangunan reaktor, dari pembelian bahan, pembuatan, sewa tukang, sampai selesai. Tenaga / tukang yang mengerjakan proyek digester ini adalah tukang khusus yang cara kerjanya benar-2 mengikuti konsep/gambar/desain yang dibuat insinyurnya. Tenaga tukangnya sudah diakui dan pengawasan ketat dari dinas terkait, yang tidak bersemboyan "aaaayah, ngene wae wes keno, dsb.
Adapun rencana penggunaan gas sebagai hasil dari sistem biogas ini akan dialirkan untuk keperluan memasak warga sekitar yang tinggal di sekitar komplek kandang. Diantaranya yang sudah bersedia dan siap menggunakan adalah Sugimanto dan Agus Samudi.

Adapun analisa pembuatan dan manfaatnya dapat diuraikan secara sederhana, diantaranya sebagai berikut :

Pembuatan Biogas

Bio gas sangat mudah diproduksi. Bahan dasarnya berupa kotoran sapi diaduk ke dalam drum. Komposisinya setengah drum diisi kotoran sapi sebanyak kira-kira tiga argo (kereta dorong yang biasa untuk mengangkut bahan bangunan). Baru seperempatnya ditambahi air. Setelah komposisi itu terpenuhi, kotoran sapi dan air diaduk merata. Ampas kotoran dari rumput-rumputan yang belum halus oleh proses pencernaan di dalam perut sapi dipisahkan. Ini dilakukan agar tidak terjadi penyumbatan saat dimasukkan ke dalam reaktor.

Setelah dipastikan terpisah, campuran air dan kotoran sapi bisa ini dimasukkan ke dalam reaktor. Dulunya, di dalam reaktor itu diberikan obat semacam perangsang pertumbuhan gas yang memang telah potensial ada terkandung di dalam kotoran sapi. “Tapi itu hanya sekali pakai saja waktu pertama. Selanjutnya ya mudah saja seperti ini. Kotoran sapinya diulet dengan air dan dimasukkan ke dalam reaktor,” ungkap Bambang, sambil memperagakan cara pembuatan bio gas.

Di dalam reaktor, proses pembuatan gas itu terjadi secara alami. Gas ini pun langsung dapat dialirkan ke kompor melalui pipa penghubung reaktor dan kompor dan nyala api pun bisa didapatkan. Kompor siap dipakai. Dengan campuran sebanyak satu drum ini, kompor bisa bertahan selama seharian penuh. Bahkan tidak mati walau dipakai terus menerus selama empat jam lamanya, jika bahan bakunya melimpah dan reaktor terisi terus.

Semoga pembangunan instalasi biogas ini membawa manfaat dan dapat membawa nama baik kelompok tani Andini Harjo lebih berkibar di wilayah kabupaten Sleman, serta dapat dikembangkan lebih lanjut.

(dari berbagai sumber)